MSSkunder RHD, Post ALO. DI RUANG PENYAKIT JANTUNG RSUD DR SOETOMO SURABAYA. A. KONSEP PENYAKIT. 1. Pengertian. Penyakit jantung rematik (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, idurSabdaRasulullah S.A.W.,“Berilah makan buah kurma kepada isteri-isteri kamu yang hamil, kerana sekiranya wanita hamil itu memakan buah kurma, nescaya anak yang bakal dilahirkan itu menjadi anak yang penyabar, bersopan santun serta cerdas pemikirannya.”Buah kurma tidak mengandungi gula yang merbahaya. Ia merupakan May 27, 2014. Kumanini mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang salah. Faktor predisposisi : 1. Umur tua atau anak-anak. 2. Kemajuantelah dibuat dalam pengobatan gangguan menelan, terutama yang berkaitan dengan malnutrisi terkait disfagia, dan dengan tes yang tersedia dan pilihan manajemen untuk gangguan menelan, prognosis untuk pasien dengan disfagia telah meningkat. terkontrol oleh Sproson dkk melaporkan bahwa hasil rehabilitasi menelan pasca stroke yang a Fraktur dasar tengkorak dicurigai ketika CGS keluar dari telinga dan hidung. b. Laserasi atau kontusio otak ditunjukkan oleh cairan spinal berdarah. Kondisi cedera yang dapat terjadi antara lain : a. Komosio serebri Tidak ada jaringan otak yang rusak, tetapi hanya kehilangan fungsi otak (pingsan <10 menit) atau amnesia pasca cedera kepala. b. Dịch VỄ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. ï»żGagap adalah kondisi yang mengganggu kemampuan seseorang dalam berbicara. Kondisi ini ditandai dengan pengulangan suku kata, kalimat, suara, atau pemanjangan penyebutan suatu kata. Meski bisa dialami oleh siapa pun, kondisi ini lebih sering diderita oleh anak-anak usia di bawah 6 tahun. Penyebab utama gagap belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, kondisi ini diduga berkaitan dengan faktor genetik, pertumbuhan, atau tekanan emosional psikogenik. Gagap juga bisa terkait dengan gangguan pada otak, saraf, atau otot yang terlibat dalam kemampuan berbicara neurogenik. Pada anak-anak, gagap merupakan hal yang normal, dan dapat hilang dengan sendirinya seiring Namun, pada beberapa kasus, gagap bisa berlangsung hingga dewasa dengan gejala yang makin memburuk. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan diri dan terganggunya hubungan sosial. Penyebab dan Faktor Risiko Gagap Penyebab gagap belum diketahui dengan pasti, tetapi sejumlah penelitian menunjukkan bahwa gagap terkait dengan empat faktor berikut ini Faktor genetik Gen yang spesifik menyebabkan gagap sebenarnya belum diketahui. Meski begitu, data menunjukkan bahwa hampir 60% penderita gagap juga memiliki anggota keluarga yang gagap. Pertumbuhan atau perkembangan anak Gagap umumnya terjadi pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Hal ini terjadi karena belum sempurnanya kemampuan berbahasa atau berbicara pada anak, sehingga tergolong wajar. Neurogenik Gagap dapat dipengaruhi oleh gangguan pada otak, saraf, dan otot yang terlibat dalam kemampuan berbicara. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kecelakaan, bisa juga akibat penyakit, seperti stroke, cedera otak traumatis, atau penyakit Alzheimer. Trauma emosional psikogenik Meski jarang terjadi, gagap juga dapat terkait dengan trauma emosional. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang dewasa yang mengalami stres berat, atau penyakit kejiwaan tertentu. Selain kondisi di atas, terdapat beberapa faktor yang dapat memicu kemunculan atau perburukan gagap, yaitu Jenis kelamin pria Usia di atas 3,5 tahun Tumbuh kembang yang terhambat pada masa kanak-kanak Stres, misalnya saat dipojokkan, dipaksa untuk lekas berbicara, atau ditekan Gejala Gagap Gejala gagap biasanya muncul pertama kali saat anak berusia 18–24 bulan. Penderita gagap mengalami kesulitan dalam berbicara, yang ditandai dengan keluhan berikut Kesulitan memulai kata, frasa, atau kalimat Pengulangan pada bunyi, suku kata, atau kata, misalnya menyebut kata “makan” dengan “ma-ma-ma-makan” Perpanjangan pada kata atau suara dalam sebuah kalimat, misalnya menyebut kata “minum” dengan “emmmmmm-minum” Adanya jeda saat berbicara Adanya suara tambahan, seperti “um” atau “aaa” pada jeda saat berbicara Tegang atau kaku pada wajah dan tubuh bagian atas saat mengucapkan sebuah kata Timbul perasaan cemas sebelum berbicara Selain keluhan di atas, gagap juga menimbulkan tanda dan gejala fisik berupa Bibir atau rahang gemetar Mata berkedip secara berlebihan Tangan sering mengepal Otot wajah berkedut Wajah yang menegang Gejala gagap dapat memburuk ketika penderitanya merasa lelah, stres, terburu-buru, atau bahkan terlalu bersemangat dalam suatu hal. Namun, gagap dapat tidak muncul ketika penderita tengah bernyanyi atau berbicara dengan dirinya sendiri. Kapan harus ke dokter Gagap yang terjadi pada anak-anak usia 2–6 tahun merupakan kondisi yang normal. Hal tersebut adalah tanda bahwa anak belajar berbicara, dan akan membaik seiring pertambahan usia. Namun jika berlangsung lama, anak yang gagap memerlukan penanganan. Segera ke dokter jika Anda menyadari ada hal yang berbeda dengan anak Anda, seperti Gagap berlangsung lebih dari 6 bulan atau bertahan hingga anak berusia 5 tahun. Gagap terjadi bersamaan dengan gangguan berbicara yang lain, seperti terlambat berbicara. Gagap disertai dengan ketegangan otot atau anak terlihat kesulitan untuk berbicara. Anak sulit untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain di sekolah atau di lingkungan tempat tinggal. Anak mengalami gangguan emosional atau kecemasan, seperti takut atau menghindari situasi yang mengharuskannya berbicara. Anak mengalami kesulitan untuk mengucapkan semua kata. Diagnosis Gagap Dalam mendiagnosis gagap, dokter akan melakukan tanya jawab dengan orang tua pasien tentang riwayat kesehatan pada anak dan keluarga, serta interaksi sosial anak dengan teman-temannya. Selanjutnya, dokter atau terapis bicara dan bahasa akan melakukan pengamatan terhadap pasien yang meliputi Usia anak Awal kemunculan gejala gagap Lama berlangsungnya gejala Perilaku anak Dokter juga akan menanyakan keluhan akibat gagap yang dialami anak atau orang tua dalam aktivitas sehari-hari. Selagi berbicara dengan anak, dokter juga akan mengevaluasi kegagapan dan kemampuan berbahasa anak. Pengobatan Gagap Biasanya, gagap pada anak akan hilang seiring dengan bertambahnya kosakata dan kemampuan anak untuk bicara. Sebaliknya, gagap yang bertahan hingga dewasa umumnya sulit untuk diobati. Namun, ada sejumlah terapi yang dapat membantu penderita mengendalikan gagap. Terapi untuk mengatasi gagap bisa berbeda-beda, tergantung pada usia atau kondisi kesehatan pasien. Tujuan terapi ini adalah untuk mengembangkan keterampilan pasien, seperti Meningkatkan kelancaran berbicara Mengembangkan komunikasi yang efektif Meningkatkan kemampuan bersosialisasi dengan banyak orang di sekolah, tempat kerja, atau lingkungan sosial lainnya Berikut ini adalah beberapa jenis terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi gagap Terapi wicara Terapi ini bertujuan untuk mengurangi gangguan dalam berbicara dan meningkatkan kepercayaan diri pasien. Terapi bicara berfokus untuk mengendalikan gejala gagap saat berbicara. Saat terapi wicara, pasien akan diberikan arahan untuk meminimalkan munculnya gagap dengan berbicara lebih perlahan, mengatur pernapasan saat berbicara, dan memahami kapan gagap akan muncul. Terapi ini juga dapat melatih pasien untuk mengelola kegelisahan yang sering muncul ketika akan berkomunikasi. Penggunaan peralatan elektronik Pasien dapat menggunakan peralatan khusus yang dapat membantu meningkatkan kefasihan berbicara. Salah satu alat yang sering digunakan untuk mengendalikan gejala gagap adalah DAF atau delayed auditory feedback. Alat ini bekerja dengan merekam ucapan pasien dan langsung memperdengarkannya ke pasien dalam kecepatan yang lebih lambat. Dengan mendengar rekaman dari alat ini, pasien akan terbantu untuk bicara dengan lebih lambat dan jelas. Terapi perilaku kognitif Terapi perilaku kognitif bertujuan untuk membantu mengubah pola pikir yang dapat memperburuk kondisi gagap. Selain itu, metode ini juga dapat membantu pasien mengelola stres, kecemasan, depresi, dan rasa tidak percaya diri yang dapat memicu gagap. Keterlibatan orang lain Keterlibatan orang lain sangat berpengaruh pada proses pengendalian gagap. Memahami cara berkomunikasi yang baik dengan penderita gagap, dapat membantu memperbaiki kondisinya. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk berkomunikasi secara efektif dengan penderita gagap adalah Dengarkan apa yang penderita sampaikan. Lakukan kontak mata secara alami dengan penderita selagi berbicara. Hindari melengkapi kata yang ingin disampaikan penderita. Biarkan penderita menyelesaikan perkataannya. Pilih tempat berbicara yang tenang dan nyaman. Bila perlu, atur momen ketika penderita tengah merasa sangat tertarik untuk menceritakan sesuatu. Hindari bereaksi negatif ketika gagap kambuh. Berikan koreksi dengan lembut dan puji penderita ketika menyampaikan maksudnya dengan lancar. Ketika sedang berbicara dengan penderita, lawan bicara disarankan untuk berbicara secara perlahan. Hal ini karena penderita gagap secara tidak sadar akan mengikuti kecepatan berbicara lawan bicaranya. Jika lawan bicaranya berbicara secara perlahan, penderita gagap juga akan berbicara perlahan, sehingga dapat lebih lancar menyampaikan maksudnya. Komplikasi Gagap Belum ada bukti yang menunjukkan bahwa gagap dapat menyebabkan komplikasi berupa penyakit lain. Komplikasi yang umumnya terjadi karena kondisi ini adalah Gangguan dalam berkomunikasi dengan orang lain Fobia sosial Kecenderungan untuk menghindari aktivitas yang melibatkan bicara Kehilangan peran dalam sekolah, tempat kerja, dan tempat tinggal Perundungan atau bullying dari orang lain Rendahnya kepercayaan diri Pencegahan Gagap Gagap tidak dapat dicegah. Meski begitu, jika anak Anda atau Anda memiliki gejala atau faktor yang meningkatkan risiko gagap, lakukanlah pemeriksaan ke dokter secepatnya. Bila gagap diketahui sejak dini dan segera ditangani, perkembangan penyakit dapat dihambat dan komplikasi dapat dicegah. Halodoc, Jakarta – Disartria merupakan gangguan berbicara yang terjadi karena adanya kelainan pada sistem saraf. Sehingga, pengidapnya menjadi kesulitan untuk berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain. Meski begitu, disartria tidak memengaruhi tingkat kecerdasan atau pemahaman pengidapnya. Kondisi ini sering terjadi pada anak-anak, namun bisa juga baru terdeteksi setelah dewasa. Pada anak-anak, disartria bisa menyebabkan munculnya rasa frustasi, perubahan emosi, serta perilaku. Lambat laun, hal itu akan memengaruhi pendidikan dan perkembangan karakter anak. Kemudian, memicu hambatan pada interaksi sosial anak dan bisa memberi dampak jangka panjang hingga dewasa. Baca juga 10 Gejala Umum pada Orang yang Mengidap Disartria Salah satu gejala khas dari kondisi ini adalah kesulitan dalam mengontrol otot-otot bicara. Itu terjadi karena bagian otak serta saraf yang bertugas mengontrol pergerakan otot-otot tersebut tidak bisa berfungsi secara normal. Kondisi ini bisa dipicu oleh beberapa hal, seperti cedera kepala, infeksi otak, tumor otak, stroke, penyakit Parkinson, penyakit lyme, distrofi otot, bell’s palsy, lumpuh otak, serta cedera pada lidah. Baca juga Mengapa Stroke Bisa Sebabkan Gangguan Bicara Disartria? Selain kesulitan berbicara dan berkomunikasi, penyakit ini juga sering menimbulkan beberapa gejala lain, seperti suara serak, nada bicara yang monoton, irama bicara yang tidak biasa, serta bicara terlalu cepat atau malah terlalu lambat. Selain itu, penyakit ini juga bisa memicu gejala, misalnya tidak mampu bicara dengan volume yang keras, cadel, kesulitan menggerakkan lidah, serta kesulitan menelan. Pengobatan yang dilakukan untuk penyakit ini dilakukan tergantung pada beberapa faktor, yaitu penyebab, tingkat keparahan gejala, serta jenis disartria yang menyerang. Cara pengobatan penyakit ini dilakukan dengan mengatasi penyebabnya, misalnya disartria yang terjadi karena tumor, maka dibutuhkan operasi untuk mengangkat tumor. Selain itu, pengidap penyakit ini juga disarankan untuk menjalani terapi guna memperbaiki kemampuan bicara, sehingga bisa berkomunikasi dengan lebih baik. Jenis-Jenis Penyakit Disartria Jika dilihat dari lokasi kerusakan dan penyebabnya, disartria dibedakan menjadi beberapa jenis. Kondisi ini dibedakan menjadi 1. Disartria Spastik Disartria spastik adalah jenis gangguan bicara yang paling sering terjadi. Kondisi ini muncul disebabkan oleh kerusakan pada otak besar. Kerusakan ini seringnya terjadi karena disebabkan oleh cedera kepala berat yang dialami seseorang. 2. Disartria Ataksik Berbeda dengan disartria spastik, disartria ataksik terjadi karena adanya kerusakan pada otak kecil alias serebelum. Salah satu penyebab penyakit ini terjadi adalah peradangan pada bagian di otak kecil yang bertugas mengatur kemampuan berbicara. 3. Disartria Hipokinetik Jenis disartria yang satu ini terjadi karena adanya kerusakan di salah satu bagian otak bernama ganglia basal. Kondisi ini juga bisa muncul karena disebabkan oleh kondisi tertentu, misalnya penyakit Parkinson. 4. Disartria Diskinetik dan Distonik Disartria diskinetik dan distonik bisa muncul karena adanya kelainan pada sel-sel otot yang terkait dengan kemampuan berbicara. Disartria tipe ini sering muncul pada orang yang juga mengidap penyakit Huntington. 5. Disartria Flaksid Kerusakan pada batang otak atau saraf tepi menjadi penyebab jenis disartria yang satu ini. Disartria flaksid sering muncul pada orang yang mengidap penyakit tumor saraf tepi serta penyakit myasthenia gravis. 6. Disartria Campuran Kondisi ini terjadi saat seseorang mengalami beberapa jenis disartria sekaligus. Umumnya, disartria campuran terjadi akibat kerusakan pada jaringan saraf yang menyebar luas. Baca juga Sulit Bicara, Ini 5 Terapi untuk Pengidap Disartria Cari tahu lebih jauh seputar penyakit disartria dan cara mengobatinya dengan bertanya ke dokter di aplikasi Halodoc. Kamu bisa dengan mudah menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang di App Store dan Google Play! Dipublish tanggal Apr 13, 2019 Update terakhir Nov 6, 2020 Tinjau pada Sep 5, 2019 Waktu baca 4 menit Apa itu Gangguan Bicara? Gangguan bicara merupakan suatu gangguan yang dapat mempengaruhi cara seseorang untuk mengeluarkan suara dan membentuk kata-kata. Gangguan suara tertentu juga dapat dianggap sebagai gangguan bicara. Salah satu gangguan bicara yang paling sering terjadi yaitu gagap. Gangguan bicara lainnya termasuk apraksia dan disartria. Apraxia adalah gangguan bicara yang disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak dimana seseorang tidak dapat mengikuti perintah sederhana, sementara disartria merupakan gangguan bicara di mana terjadi kelemahan pada otot-otot mulut, wajah, atau sistem pernapasan sehingga mulut sulit digerakkan. Beberapa orang dengan gangguan bicara sebenarnya sadar dengan apa yang ingin mereka katakan tetapi orang tersebut tidak mampu mengungkapkan apa yang ada di pikiran. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah rasa percaya diri seseorang dan dapat menyebabkan depresi. Gangguan bicara dapat dialami oleh orang dewasa maupun anak-anak dan merupakan suatu penyakit keturunan dan kondisi ini dapat berkembang seiring waktu, tetapi pengobatan yang dilakukan sejak dini dapat memperbaiki kondisi tersebut. Penyebab Gangguan Bicara Gangguan bicara dapat mempengaruhi beberapa bagian tubuh seperti pita suara, otot, saraf, dan struktur lain di dalam tenggorokan. Gangguan bicara mungkin disebabkan oleh beberapa hal di bawah ini, termasuk Genetik Kelainan bentuk saat kehamilan Kerusakan pita suara Kerusakan otak Kelemahan otot Kelemahan pernapasan Stroke Polip atau nodul pada pita suara Kelumpuhan pita suara Paska kecelakaan yang menyebabkan kerusakan otak Seseorang yang memiliki masalah medis atau masalah perkembangan tertentu mungkin juga memiliki kelainan bicara. Kondisi yang dapat menyebabkan gangguan bicara antara lain Autisme Attention Deficit Hyperactivity Disorder ADHD Stroke Kanker mulut Kanker laring Penyakit Huntington Demensia Lou Gehrig Amyotrophic Lateral Sclerosis / ALS Gejala Gangguan Bicara Gejala gangguan bicara biasanya muncul dan bergantung pada apa yang menjadi penyebabnya. Gejala seseorang yang mengalami gangguan bicara, antara lain Pengucapan yang berulang dan paling sering terlihat pada orang yang gagap Terdapat penambahan suara dan kata-kata yang berlebih Perkataan atau pengucapan yang terlalu panjang Melakukan gerakan tersentak-sentak saat berbicara biasanya melibatkan kepala Mata berkedip beberapa kali saat berbicara Terlihat frustasi saat mencoba untuk berkomunikasi Sering ada jeda saat berbicara Pengucapan yang berubah-ubah saat berbicara Berbicara dengan suara yang serak atau parau Diagnosis Gangguan Bicara Ada banyak pemeriksaan yang tersedia untuk mendiagnosis gangguan bicara, di antaranya Tes skrining Artikulasi Denver Pemeriksaan skrining artikulasi Denver merupakan sistem pemeriksaan yang umum digunakan untuk mendiagnosis gangguan artikulasi atau gangguan bicara. Tes ini dilakukan dengan cara mengevaluasi kejernihan pengucapan pada anak-anak antara usia 2-7 tahun. Tes yang dilakukan selama 5 menit ini menggunakan berbagai macam latihan untuk menilai bicara anak. Language Milestones Scale 2 Tes ini dibuat oleh dokter spesialis perkembangan saraf anak oleh James Coplan, tes Language milestones scale 2 dilakukan untuk menentukan perkembangan bahasa anak. Tes ini dapat dengan cepat mengidentifikasi keterlambatan bicara atau gangguan bahasa pada anak-anak. Tes Kosakata dengan Gambar Peabody Tes ini dilakukan dengan cara mengukur kosakata dan kemampuan seseorang untuk berbicara. Seseorang akan mendengarkan berbagai kata dan memilih gambar yang menggambarkan kata-kata tersebut. Seseorang yang memiliki cacat intelektual dan seseorang yang buta tidak dapat menggunakan tes ini. Tes kosakata gambar Peabody telah direvisi berkali-kali sejak versi pertamanya tahun 1959. Pengobatan Gangguan Bicara Gangguan bicara ringan mungkin tidak memerlukan pengobatan yang khusus karena tetapi perlu memaksimalkan kemampuan bicaranya. pada beberapa orang, gangguan bicara dapat membaik dengan terapi wicara. Pengobatan gangguan bicara bervariasi dan tergantung pada jenis gangguannya dan penyebabn yang mendasarinya. Dalam terapi wicara, terapis profesional akan memberikan latihan yang berfungsi untuk memperkuat otot-otot di wajah dan tenggorokan. Selain itu, Anda mungkin diberikan pengajaran untuk mengendalikan pernapasan saat berbicara. Latihan penguatan otot dan pernapasan dapat membantu memperbaiki gangguan bicara dan berlatih untuk berbicara lebih fasih dan lancar. Beberapa orang dengan gangguan bicara biasanya merasa gugup, malu, atau depresi sehingga dengan terapi bicara dapat membantu Anda mengatasi situasi ini. Seorang terapis akan mengajarkan Anda cara untuk mengatasi kondisi serta cara meningkatkan kepercayaan diri Anda. Jika Anda mengalami depresi parah, penggunaan obat antidepresan dapat membantu mengatasi masalah tersebut. Komplikasi Gangguan Bicara Komplikasi yang terjadi akibat gangguan bicara tidak diobati dapat menyebabkan seseorang mengalami rasa cemas yang berlebihan. Seiring waktu, rasa cemas ini dapat memicu gangguan atau fobia dalam berbicara di depan umum. Pengobatan dini dalam mengatasi masalah kecemasan dapat membantu mencegah berkembangnya gangguan kecemasan atau fobia. Pilihan pengobatan seperti terapi bicara dan obat anti kecemasan umumnya dapat membantu meringankan gejala ataupun kondisi pasien. Gangguan bicara yang cepat ditangani dapat membantu mencegah gangguan bicara berkembang ke kondisi yang lebih buruk seperti terjadinya depresi, termasuk dengan prospek kecacatan yang mungkin terjadi, tetapi hal tersebut akan tetap bergantung pada tingkat keparahan gangguan bicara yang dialami. Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat Pengertian Speech Delay Speech delay adalah keterlambatan kemampuan bicara dan bahasa yang tidak sesuai dengan usia anak. Kondisi ini membuat anak tidak mampu menyampaikan pikirannya akibat keterbatasan bahasa dan pemahaman yang dimilikinya. Apabila tidak ditangani, speech delay bisa menghambat perkembangan anak. Penyebab Speech Delay Belakangan banyak orang tua yang memberikan waktu layar kepada anaknya sejak usia yang sangat dini. Perilaku sedentari seperti ini bisa menghambat perkembangan bahasa anak. Pasalnya, anak di bawah dua tahun belum bisa mencerna bahasa yang ia dapatkan dari menonton. Yang mereka tahu hanyalah gambar yang menarik dan suara yang menyenangkan. Kurangnya stimulasi bahasa dari orang tua juga menjadi faktor penyumbang terhambatnya perkembangan bahasa anak. Selain masalah di atas, speech delay juga bisa disebabkan oleh kondisi berikut ini 1. Masalah lidah dan langit-langit mulut Mayoritas anak yang mengalami speech delay disebabkan oleh masalah pada struktur mulutnya. Kondisi ini bisa menyulitkan anak untuk mengontrol otot dan bagian mulutnya ketika berbicara. Selain kesulitan bicara, biasanya anak yang mengidap kondisi ini juga kesulitan saat mengunyah makanan. 2. Gangguan mengendalikan gerakan Apraxia adalah gangguan neurologis yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerakan. Penyebabnya adalah kelainan pada otak atau cedera. Alhasil, pengidapnya sulit menggerakan wajah, kaki, tangan dan termasuk kesulitan berbicara. Penyebabnya bukan karena lemahnya otot di sekitar mulut, melainkan otak tidak mampu untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan gerakan otot. 3. Gangguan pendengaran Infeksi telinga yang menyebabkan gangguan pendengaran juga bisa menyebabkan speech delay. Kondisi tersebut membuat anak kesulitan memahami pembicaraan di sekitarnya dan suara dirinya sendiri. Alhasil, mereka tidak mampu memahami kata-kata maupun menirukannya. 4. Bentuk mulut yang tidak sempurna Bibir sumbing dan frenulum atau tali lidah yang terlalu pendek dapat menyebabkan speech delay. Jika Si Kecil mengalami kondisi tersebut, segera temui dokter untuk mendapatkan terapi lebih lanjut. 5. Kondisi medis Kondisi medis seperti cerebral palsy, cedera otak traumatis dan kondisi otot yang kurang sempurna juga bisa membuat anak kesulitan berbicara. Anak yang mengalami ADHD atau autis umumnya juga mengalami keterlambatan bicara. Faktor Risiko Speech Delay Salah satu faktor yang paling sering menyebabkan speech delay adalah kurangnya stimulasi bahasa dari orang tua. Banyaknya screen time seperti menonton televisi dan bermain gawa termasuk faktor penyumbangnya. Saat anak menonton, komunikasi yang terjadi hanya satu arah. Selain itu, otak anak belum mampu mencerna bahasa dan gambar yang bergerak cepat dari layar. Hal inilah yang menghambat perkembangan bahasa mereka. Tanda-Tanda Speech Delay Tanda-tanda speech delay sebenarnya bisa dideteksi sebelum anak menginjak usia satu tahun. Orang tua harus mulai waspada saat bayi tidak merespon suara apapun. Tanda-tanda lain yang bisa diamati, yaitu Pada usia 12 bulan, anak tidak menggunakan gerakan, seperti menunjuk atau melambaikan tangan sampai usia 18 bulan, anak lebih memilih gerak tubuh untuk berkomunikasi. Selain itu, mereka juga kesulitan meniru suara dan memahami ucapan sederhana. Pada usia dua tahun, mereka hanya bisa meniru ucapan atau tindakan dan tidak menghasilkan kata atau frasa secara spontan. Anak juga mengucapkan kata atau suara berulang kali bukan menggunakan bahasa lisan saat berkomunikasi. Tidak dapat mengikuti petunjuk sederhana dan memiliki nada suara yang tidak biasa seperti suara serak atau sengau Penanganan Speech Delay Penanganan speech delay tergantung pada tingkat keparahannya. Selain menjalani terapi wicara dengan ahli, yang terpenting adalah melatihnya berbicara setiap haru di rumah. Berikut beberapa cara melatih anak supaya cepat bicara 1. Ajak berinteraksi Memasuki usia satu tahun, anak sebenarnya telah memahami banyak kata. Hanya saja, mereka belum bisa mengutarakannya. Itu sebabnya, perhatikan gerak gerik anak untuk membantu kemampuan berbahasanya. Sebagai contoh, saat ia melambaikan tangan, ibu bisa mengatakan “Dadah!” atau “Sampai jumpa!”. Saat Si Kecil menunjuk sebuah, ibu bisa membantunya dengan “Adek mau jajan? yang mana? oh yang bulat ini ya? Ini namanya biskuit”. Stop screen time sementara waktu dan jangan malas mengajaknya berinteraksi. Semakin sering mengajaknya berbicara, kosakatanya terus bertambah dan pemahamannya semakin meningkat. 2. Terapi pendengaran Jika speech delay disebabkan oleh masalah pendengaran, maka penanganan utamanya adalah pengobatan infeksi telinga atau terapi pendengaran. 3. Rutin memeriksakan diri ke dokter Periksakan anak ke dokter secara rutin untuk memeriksa kondisi medis yang diidap sekaligus memantau perkembangan bahasanya. Dampak Speech Delay Bila tidak ditangani sedini mungkin, speech delay bisa menimbulkan dampak panjang, seperti 1. Prestasi akademik buruk Melansir dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, keterlambatan bicara, kurangnya keterampilan membaca dan menulis bisa menyulitkan proses belajar anak. Sebab, keterampilan tersebut adalah kemampuan dasar yang wajib dikuasai anak saat memasuki usia sekolah. Jika tidak ditangani, anak akan kesulitan menjawab pertanyaan, mengungkapkan pendapat atau ide, membaca, atau memahami pembicaraan guru atau teman di kelasnya. Alhasil, prestasi akademiknya bisa terganggu akibat anak tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik. 2. Kesulitan mendapatkan pekerjaan Anak yang mengalami gangguan bicara cenderung enggan bersekolah. Sebab, mereka harus berjuang keras memahami pelajaran dan berkomunikasi dengan baik. Hal tersebut juga bisa membuatnya stres dan tertekan sehingga ia lebih memilih putus sekolah. Rendahnya pendidikan bisa menyulitkannya untuk mendapatkan pekerjaan yang baik saat dewasa. Bahkan, mereka bisa saja sulit mempertahankan pekerjaan akibat sulit berkomunikasi. 3. Rentan mengalami masalah psikologis Kesulitan berkomunikasi juga bisa membuat anak sulit menjalin hubungan dengan orang lain. Sebab, masalah ini menyulitkannya untuk menerima informasi, mengikuti pembicaraan, atau menanggapi candaan orang lain. Lambat laun, mereka menjadi tertekan dan lebih memilih mengisolasi diri. Ia juga rentan mengalami fobia sosial social anxiety disorder yang menyebabkan kecemasan berlebihan dan takut berada di tempat umum yang ramai. Pencegahan Speech Delay Speech delay amat bisa dicegah dengan beberapa tips di bawah ini 1. Jangan malas mengajak anak berinteraksi Tinggalkan gadget sejenak dan habiskan waktu bersama Si Kecil. Ajak ia bercengkrama dan bercerita. Ayah dan ibu bisa menceritakan apapun atau membacakan buku cerita yang disukainya. Setelah membacakan buku, tanyakan kepada Si Kecil apa pendapatnya tentang cerita yang baru saja dibacakan. Walaupun kemampuan bahasanya masih terbatas, ia sebenarnya memahami apa yang ayah dan ibu ucapkan. Jadi, jangan lelah untuk terus mengajaknya bicara. Sering bertanya juga bisa menjadi cara yang paling efektif untuk memancing anak untuk bicara. Saat membaca buku, ibu bisa menunjukan gambar dan menyebutkan namanya. Atau, ketika sedang berjalan-jalan di luar rumah, coba sesekali tunjuk atau peragakan suara benda yang ada di sana. Tak perlu buru-buru menunggu jawaban dari Si Kecil, beri waktu untuk dirinya berpikir dan memilih kata yang tepat. Jika terlihat ragu-ragu dan jawabannya salah, ibu bisa membantunya dengan memberikan jawaban yang tepat tanpa menggurui. 2. Jangan ajari untuk cadel Akibat keterbatasan bahasanya, anak seringkali cadel saat menyebut sebuah benda. Nah, disini ayah dan ibu perlu menggunakan kata yang sebenarnya, bukan ikut-ikutan cadel dan memakai bahasa bayi. Tujuannya untuk memperbanyak kosakata Si Kecil dan membantunya belajar untuk mengucap kata yang tepat. 3. Respon ucapan anak Ayah dan ibu juga perlu merespon setiap ucapannya. Tak usah mengoreksi setiap kata, merespon kata-katanya yang salah saja sudah cukup. Merespon juga membuat anak merasa diperhatikan. Dengan begini, ia akan lebih semangat untuk melontarkan kata-katanya. 4. Kurangi screen time Komunikasi yang efektif untuk anak adalah dua arah. Saat anak melakukan screen time, komunikasi yang terjadi hanya satu arah. Alhasil, ia tidak mendapatkan apapun selain kesenangan. The American Academy of Pediatrics AAP merekomendasikan screen time untuk anak usia 2 tahun ke atas adalah 2 jam sehari. Ini karena, gadget bukan permainan interaktif yang membuat anak aktif bicara. Gadget juga tidak responsif sehingga bisa menyebabkan speech delay. Efek lainnya adalah anak juga bisa mengalami kecanduan. Kapan Harus ke Dokter? Memasuki usia dua tahun, orang tua harus bisa memahami sekitar 50 persen ucapan anak. Setelah tiga tahun, orang tua harus bisa memahami ucapan anak sampai 75 persen. Nah, setelah empat tahun, ucapan anak benar-benar harus bisa dipahami. Jika Si Kecil tidak memenuhi kriteria tersebut, segera periksakan ke dokter. Semakin cepat ditangani, efeknya di kemudian hari bisa diminimalisir. Kalau ibu berencana mengunjungi rumah sakit, buat janji rumah sakit melalui aplikasi Halodoc supaya lebih mudah dan praktis. Jangan tunda untuk memeriksakan diri sebelum kondisinya semakin memburuk. Download Halodoc sekarang juga! Referensi American Family Physician. Diakses pada 2022. Evaluation and Management of the Child with Speech Delay. Kids Health. Diakses pada 2022. Delayed Speech or Language Development. Family Doctor. Diakses pada 2022. Speech and Language Delay. Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Childhood apraxia of speech. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses pada 2022. Dampak Jangka Panjang Keterlambatan atau Gangguan Bicara-Bahasa, Hal yang perlu diketahui orangtua. Mott Children’s Hospital. Diakses pada 2022. Speech and Language Development.

gangguan bicara yang disebabkan oleh cedera otak tts